Minat
Sebagai keadaan awal peserta didik
Winkel mengungkapkan selama proses mengajar belajar berlangsung
terjadilah interaksi antara guru dan siswa, namun interaksi ini bercirikan
khusus karena siswa menghadapi tugas belajar dan guru yg mendampingi siswa dlm
belajar. Keberhasilan proses mengajar belajar sebagian dipengaruhi oleh ciri –
ciri khas yang dimiliki siswa (psikologi pengajaran, w.s. winkel yogyakarta :
media Abadi cetakan ke 6, 2004 hlm. 148). Ciri – ciri khas tersebut akan
membentuk corak yang beraneka ragam di setiap jenjang pendidikan. Makin tinggi
tingkatan jenjang maka corak tersebut semakin beragam dan kompleks karena
semakin banyak pengalaman dalam belajar. Bahkan dimungkinkan dalam satu kelas akan
dijumpai aneka perbedaan interindividual, misalkan kemampuan berbahasa,
kemampuan belajar, motivasi belajar, minat belajar, kecepatan belajar dan
kondisi fisik.
Lebih kompleks lagi, setiap
proses belajar mengajar mempunyai tujuannya sendiri. Pada awal proses belajar
mengajar siswa belum mempunyai kemampuan yang dijadikan tujuan dari interaksi
antara guru dan siswa. Bahkan terdapat suatu jurang antara tingkah laku siswa
pada awal proses belajar mengajar dan tingkah laku pada akhir dari proses
pendidikan ( ibid, hlm149). Maka, setiap proses belajar mengajar mempunyai
titik tolaknya sendiri atau berpangkal pada kemampuan siswa tertentu (tingkah
laku awal) untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru sesuai dengan tujuan
instruksional (tingkah laku final).
Tidak setiap aspek dari keadaan siswa pada awal proses belajar
mengajar sama – sama penting; aspek mana yang penting sebagai titik tolak dalam
interaksi guru – murid selama pelajaran berlangsung, tergantung dari tujuan
instruksional.(ibid, hlm 150)
“Keadaan awal” ialah
kenyataan atau keadaan yang terdapat sebelum proses mengajar – belajar dimulai
namun dapat berperanan terhadap proses tersebut (ibid, hlm 151)
Keadaan awal meliputi lima aspek :
a. pribadi siswa
b. pribadi guru
c. struktur jaringan
d. sekolah sebagai institusi pendidikan
e. faktor – faktor situasional
Usaha
yang dilakukan guru agar minat siswa utuh atau bahkan mengalami peningkatan
Minat diartikan sebagai kecenderungan subjek yang menetap
untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentudan merasa
senang mempelajari materi itu. Minat momentan ialah perasaan tertarik pada suatu
topik yang sedang dibahas atau dipelajari, untuk itu kerap digunakan istilah
“perhatian” . namun perhatian dalam arti “minat momentan” perlu di bedakan dari
perhatian dalam arti “konsentrasi”. antara minat dan perasaan senang terdapat
hubungan timbal balik.
Apa yang dapat diusahakan guru supaya siswa yang pada awal
proses belajar mengajar berperasaan tidak senang menjadi lebih senang?
Kiranya, stemming dasar
atau suasana hati yang akan kurang menunjang dalam proses belajar
mengajar seperti murung dan kurang puas, sukar diubah selama proses itu, karena stemming dasar sedikit banyak telah
menjadi sifat kepribadian.
Stemming aktual, yang kurang mendukung dalam belajar
dan yang bersumber pada sejumlah pengalaman belajar sebelumnya, seperti rasa takut yang keterlaluan, tidak dapat dipengaruhi dipengaruhi
secara langsung supaya menjadi stemming aktual yang lebih positif.
Namun guru yang mengetahui ada siswa yang membawa masuk
kedalam kelas stemming aktual yang
dapat menghambat, harus berusaha
supaya siswa itu mengalami perasaan momentan dan intensional yang baru, yang tidak
dialami sebelumnya.
Hal itu dapat di usahakan selama proses belajar dan
mengajar berlangsung, dengan harapan bahwa pengalaman dan perasaan yang baru
akan berbekas dan melahirkan stemming aktual
yang baru pula .
Stemming aktual yang baru ini akan menciptakan keadaan awal lain
didalam alam perasaan, yang dapat berperanan positif dalam proses belajar
mengajar selanjutnya. Stemming aktual
yang sudah berada dalam daerah “berperasaan senang”, harus dipertahankan;
inipun menuntut usaha dari pihak guru selama proses belajar mengajar
berlangsung. Wujud usaha itu antara lain:
a. membina hubungan
akrab dengan siswa
b. menyajikan bahan
pelajaran yang tidak terlalu diatas daya tangkap siswa, namun juga tidak
jauh dibawahnya.
c. menggunakan media pengajaran yang sesuai
d. bervariasi dalam menggunakan prosedur mengajar, namun
tidak berganti prosedur yang belum dikenal siswa dengan tiba – tiba dan tidak
membodohkan siswa kalau mereka belum biasa
(psikologi pengajaran, w.s. winkel yogyakarta : media
Abadi cetakan ke 6, 2004 hlm 212)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar